Keilmuan desain tumbuh seiring dengan meningkatnya tuntutan industri, keduanya memiliki relasi timbal balik. Industri membutuhkan lulusan dkv yang profesional, kreatif, memiliki visi dan aspek inovasi tinggi yang dapat dihasilkan lembaga pendidikan melalui proses pembelajaran.Namun ada beberapa hal yang kadang terabaikan oleh lembaga penyelenggara pendidikan DKV, salah satunya adalah pengelolaan karya-karya mahasiswa. Konsep portal portofolio dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengelola, mendokumentasikan, mempublikasikan dan mempromosikan karya-karya mahasiswa sebagai bentuk kontribusi lembaga terhadap pengelolaan karya mahasiswa.
(ditulis oleh Rahina Nugrahani, dipublikasikan dalam Proceeding DKV Indonesia Ekreaprener "Revitalisasi Kurikulum DKV" halaman 419-432)
Seiring dengan berkembangnya industri kreatif, profesi di bidang desain komunikasi
visual menjadi salah satu pilihan profesi favorit. Berbagai perguruan tinggi di
Indonesia pun seakan berlomba untuk membuka program studi Desain Komunikasi
Visual disebabkan animo masyarakat yang tinggi terhadap cabang keilmuan ini.
Namun, semakin besar jumlah mahasiswa DKV pada setiap institusi yang
menyelenggarakan pendidikan DKV, maka permasalahan kualitas pembelajaran juga
menjadi semakin kompleks. Berbagai kendala dalam menyusun kurikulum, konten keilmuan, kualifikasi
ketrampilan serta kesiapan mahasiswa dalam menerapkan skill di lapangan kerap menjadi
isu dalam penyelenggaraan pendidikan di bidang DKV.
Penyelenggaraan pendidikan tinggi dalam cabang keilmuan desain
tumbuh seiring dengan meningkatnya tuntutan industri, keduanya memiliki relasi
timbal balik. Desain menjadi penopang sekaligus roda keberlangsungan industri
serta berbagai sektor yang lain seperti sains, teknologi dan seni. Pendanaan untuk pengembangan di bidang sains maupun
teknologi diberikan untuk memperlancar
kegiatan pemasaran. Begitu juga dengan pendanaan di bidang desain, hal itu
dilakukan oleh para pemodal karena
mereka menyadari pentingnya desain sebagai nilai jual serta senjata utama untuk
meraih pasar. Desain hadir sebagai hasil
dari penggabungan tiga aspek (sains, teknologi, seni) dan akan berkembang sebagai alat penopang
keberlangsungan bisnis dan industri
Dari segi keprofesian, proses kerja desain komunikasi visual
sama dengan pekerjaan dalam membuat produk pada umumnya, terdapat aspek riset
serta prototype. Riset tanpa pertimbangan azas
manfaat akan berhenti pada prototype
saja. Sebaliknya produksi tanpa riset melahirkan barang asal indah (victorian) dan barang tiruan (cloning, copying) yang sekarang
membanjiri pasar (Sunarto, 2009:39). Dengan demikian, industri dan penyelenggara pendidikan
DKV memiliki potensi yang sangat besar untuk menciptakan kerja sama dalam
sinergi antara penelitian, pengembangan dan pemanfaatan.
Industri membutuhkan lulusan dkv yang profesional dan kreatif
yang siap bekerja, memiliki visi dan aspek inovasi yang tinggi dalam
mengembangkan fungsi serta memberikan sentuhan estetik pada produk. Apa yang
dibutuhkan industri bukanlah lulusan DKV yang hanya bisa mengakomodasi
kebutuhan dan pilihan pasar. Akan tetapi pekerja yang juga memiliki pengetahuan
dan kepekaan kritis untuk menciptakan ide-ide cemerlang yang kreatif. Untuk
memunculkan kepekaan tersebut, industri profesional membutuhkan keberadaan
pendidikan yang dapat mengasah kemampuan serta kepekaan mahasiswa.
Institusi penyelenggara pendidikan DKV perlu bekerja sama
dengan industri karena pendidikan DKV perlu wawasan tentang industri.
Sebaliknya industri selalu membutuhkan gagasan segar dan ketrampilan memadai yang sangat potensial disumbangkan oleh
institusi pendidikan DKV melalui alumni atau mahasiswa. Relasi saling
menguntungkan seperti inilah yang kiranya dapat membantu institusi
menyelenggarakan pendidikan DKV dengan muatan kurikulum yang visioner.
Keberadaan komputer dan internet dapat memudahkan berbagai aspek sosial,
bisnis dan komunikasi serta menjadi alat yang begitu cepat dan begitu murah. Dengan ketersediaan teknologi yang berkembang pesat,
informasi dapat diakses secara terbuka oleh siapapun. Teknologi terbukti telah
membuka jutaan lapangan pekerjaan bagi banyak orang, termasuk profesi sebagai
desainer. Desainer-desainer otodidak banyak bermunculan dan mendapatkan
penghasilan dari ketrampilan yang dimilikinya tanpa perlu mengenyam pendidikan
di perguruan tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa tidak semua lowongan kerja
di industri kreatif membutuhkan pekerja yang memiliki gelar. Dalam industri
kreatif, portofolio memegang peranan yang jauh lebih penting.
Dalam tradisi desain, portofolio merupakan sebuah koleksi yang berisi kumpulan karya yang didesain untuk
dikomunikasikan dalam berbagai macam cara untuk mengikhtisarkan kemampuan diri
sang penciptanya. Sebenarnya, para profesional di bidang seni dan desain telah
lama menggunakan portofolio sebelum model ini digunakan di bidang pendidikan
(Knight, 1994). Para pelukis menggunakan portofolio untuk menunjukkan
karya-karya terbaik mereka untuk berbagai macam tujuan. Salah satunya untuk mempromosikan karya-karya mereka pada
perusahaan-perusahaan yang potensial ketika akan mengajukan permohonan mengenai
bantuan keuangan atau untuk mendapatkan persetujuan dari galeri-galeri yang
akan menampilkan karya-karya mereka (Pranata, 2004:65).
Dalam dunia pendidikan, portofolio
merupakan sekumpulan informasi pribadi berupa catatan, rekaman dan dokumentasi atas
pencapaian prestasi seseorang dalam pendidikannya. Terdapat berbagai bentuk portofolio; ijasah, sertifikat, piagam penghargaan, dan
lain-lain sebagai bukti pencapaian hasil atas suatu proses pembelajaran. Seleksi berbagai dokumen
tersebut akhirnya dapat menjadi refleksi pribadi. Penilaian dalam bentuk portofolio dipandang sebagian peneliti pendidikan sebagai penilaian alternatif di dunia modern yang jauh lebih valid daripada penilaian baku.
Di kalangan desainer istilah portofolio bukan merupakan hal
yang baru. Pada
umumnya, dari sekian banyak karya yang pernah dirancang, desainer
memilih beberapa karya terbaik sebagai bahan portofolio. Seperti halnya
pelukis, bagi desainer portofolio merupakan bukti kumpulan rekaman karya
terbaiknya. Seperti diketahui, profesionalitas seorang desainer dapat diukur salah satunya dari karya-karya
desain monumental yang pernah dirancangnya. Karya-karya terbaik itu, yang
merupakan representasi kualitas keprofesian penciptanya, biasanya direkam
sebagai bukti diri profesionalitas atau curriculum vitae. Di bidang
desain, kumpulan atau rekaman karya terbaik itu kerapkali digunakan oleh
desainer untuk mempromosikan karyanya kepada calon klien atau ditunjukkan
kepada agency ketika ia melamar pekerjaan.
Portofolio umumnya dikemas secara rapi dan menarik untuk memperoleh kepercayaan klien. Hal ini penting karena kemasan
sebuah portofolio menunjukkan tingkat apresiasi, kepekaan estetik, dan kompetensi
desainer di bidangnya. Bila pada awal perkembangannya portofolio umumnya berupa map arsip,
dibendel dalam bentuk buku, atau folder khusus yang dilindungi oleh kemasan berbahan plastik tempat menyimpan lembaran
karya, maka pada saat ini bentuk portofolio dikemas dalam bentuk yang beragam dan
memanfaatkan teknologi. Sebagai contoh pengemasan portofolio melalui media
digital berbentuk multimedia interaktif
yang disimpan dalam CD/DVD. Selain itu, desainer juga banyak
memanfaatkan teknologi mutakhir berupa jaringan web untuk mempublikasikan
karya-karya yang telah dibuatnya.
Jenis karya yang disertakan dalam portofolio memiliki bentuk yang beragam. Isi karya dalam portofolio
yang difungsikan sebagai media promosi bisa berbeda dengan isi karya dalam
portofolioyang digunakan untuk melamar sesuatu pekerjaan. Portofolio seorang
desainer pemula yang akan melamar pekerjaan kepada sesuatu agency, misalnya,
biasanya berisi karyakarya yang menonjolkan aspek variasi kemampuan teknik,
media, dan kreatifitasnya dalam memecahkan masalah-masalah desain (Pranata, 2004:66).
Dalam sebuah diskusi dengan Prof. Drs. Yusuf Affendi dari FSRD
Universitas Trisakti beberapa waktu lalu, program studi DKV D3 UNNES berkesempatan untuk
membahas mengenai bentuk kontribusi lembaga dalam mempromosikan karya-karya
yang telah dihasilkan mahasiswa DKV. Melalui dikusi tersebut, dapat
diidentifikasi bahwa peran lembaga dalam mempublikasikan dan mempromosikan
karya-karya mahasiswa kepada khalayak luas maupun calon pengguna (stakeholder) lulusan masih kurang
optimal. Selama ini upaya yang dilakukan adalah dengan mendukung penyelenggraan
pameran karya mahasiswa secara periodik.
Namun ketika muncul pembahasan mengenai efektifitas pameran terhadap
peluang kerja lulusan, diketahui bahwa kegiatan tersebut belum berfungsi secara optimal sebagai sebuah
bentuk kegiatan publikasi dan promosi. Ketidak efektifan tersebut disebabkan
karena keterbatasan ruang dan waktu yang menyulitkan akses khalayak serta industri dalam mengapresiasi
karya mahasiswa. Terlebih lagi jika penyelenggaraan pameran hanya dilakukan di
wilayah kampus yang hanya memungkinkan diakses oleh sesama mahasiswa. Dengan
demikian, perlu dilakukan evaluasi secara lebih mendalam terkait kontribusi
lembaga dalam mempromosikan lulusan kepada calon pengguna (industri).
Selama ini kontribusi institusi pendidikan DKV dalam tataran
praktis kerap mengalami kendala dan keterbatasan. Sebagai contoh, dalam
penyelenggaraan kegiatan magang atau disebut sebagai kegiatan PKL (Praktek
Kerja Lapangan), institusi pendidikan tidak selalu mampu menyediakan tempat
magang atau Praktek Kerja Lapangan bagi mahasiswa DKV disebakan
ketidakseimbangan jumlah tempat magang yang mampu menampung mahasiswa. Akibatnya mahasiswa harus mengatasi
permasalahan lokasi magang secara individual. Peran dan efektivitas lembaga dalam penyelenggaraan PKL hanya dapat
dilihat melalui kontrol pelaksanaan kegiatan dalam sebuah format laporan. Jika hal semacam ini saja belum dapat diatasi
secara menyeluruh, maka wajar saja jika institusi penyelenggara pendidikan
kerap mengabaikan pengelolaan karya mahasiswa yang seharusnya berhak untuk diapresiasi,
dipublikasikan dan dipromosikan kepada khalayak luas maupun stakeholder. Di sisi lain, apresiasi karya-karya mahasiswa dalam bentuk
penghargaan, evaluasi maupun kritik merupakan sarana yang efektif bagi
pendewasaan mereka dalam mengembangkan gagasan serta mengasah kepekaan berpikir kreatif dan inovatif
Dengan demikian dapat dilihat bahwa sebagai sebuah lembaga penyelenggara
pendidikan DKV, setiap lembaga memiliki kewajiban untuk mempublikasikan dan
mempromosikan karya mahasiswa. Memberikan sebuah jaminan bahwa upaya yang telah
dilakukan mahasiswa dalam memenuhi tugas-tugasnya tidak akan sia-sia dan
berhenti pada lembar penilaian dosen.
Penggunaan komputer pribadi dan internet terbukti mampu
memicu pesatnya perubahan tatanan dunia. Melalui bukunya berjudul Mediamorfosis
(1997:252-253) Fidler menyampaikan ramalannya mengenai beberapa karakteristik
umum yang berkaitan dengan kemunculan internet dan teknologi digital yang akan
muncul pada abad ke 21; a) teknologi digital akan membuat semua bentuk
komunikasi elektronik lebih akrab dan lebih interaktif, b) Jaringan-jaringan broadband berskala global akan
memungkinkan perpindahan informasi dalam bentuk multimedia (text, grafik, audio, visual) dengan biaya yang relatif
murah, c) Komunikasi nirkabel yang mengintegrasikan suara dan video dapat terjadi
tanpa hambatan dan menjangkau wilayah yang lebih luas, d) Teknologi-teknologi
display layar datar untuk membaca dokumen elektronik, menonton film ataupun
acara-acara hiburan lain dalam ranah komersial maupun rumah tangga akan menjadi hal yang biasa.
Seluruh
prediksi yang dipaparkan oleh Fidler telah menjadi kenyataan yang sempurna pada
era dimana kita hidup saat ini. Dengan meluasnya penggunaan internet di seluruh
dunia pun telah muncul budaya baru yang disebut sebagai realitas virtual dimana
batas antara dunia riil dan dunia virtual melebur. Selain itu media cyber interpersonal telah menjadi bagian
padu dari kehidupan sehari-hari sebagian besar orang pada abad ini. Dalam dunia
nyata, komunikasi lisan orang per orang hanya dapat terjadi dalam jangkauan suara
dan pendengaran manusia. Namun hal tersebut tidak terjadi pada dunia virtual. Kini
dapat kita lihat kondisi yang secara nyata terjadi dimana orang mencoba untuk
membangun komunitas-komunitas virtual baru yang didasarkan pada minat-minat dan
kebutuhan yang sama, terlepas dari lokalitas dan hubungan keluarga (Fidler,
1997:273).
Seiring dengan pesatnya
kemajuan di era digital informasi kita dapat mengakses berbagai website yang menampilkan koleksi karya
para desainer komunikasi visual, baik dari kalangan profesional maupun dari
kalangan mahasiswa. Website
portofolio atau cenderung diistilahkan dengan portal portofolio merupakan tren
yang sangat populer dikalangan para desainer dimana melalui tampilan web yang atraktif para desainer
memperlihatkan kreatifitas mereka, dengan harapan supaya pengunjung bisa lebih
fokus pada satu halaman dan tertarik dengan berbagai karya yang mereka
tampilkan di web. Secara umum, terdapat tiga jenis website portofolio, antara lain
- Pengembangan. Website portofolio jenis ini memuat rekaman sebuah proses berkarya seorang desainer selama kurun waktu tertentu. Website jenis ini pada umumnya ditujukan untuk audiens yang ingin mempelajari suatu proses karya desain secara lebih detail dan spesifik.
- Refleksi. Website portofolio refleksi meliputi refleksi diri seorang desainer dan rekaman karya dalam kurun waktu tertentu. Di dalamnya desainer menjelaskan makna setiap perjalanan karirnya sebagai seorang desainer.
- Representasional. Website jenis ini menunjukkan berbagai prestasi dan capaian seorang desainer dalam bidangnya. Website jenis ini dibuat untuk menunjukkan hal-hal terbaik dari seorang desainer, maka konten yang ditampilkan cenderung sangat selektif.
Belum banyak lembaga pendidikan DKV yang menggunakan format situs portofolio dan memprakarsai untuk membangun sebuah sistem portal portofolio yang secara khusus menampung, menampilkan dan mendokumentasikan portofolio mahasiswa maupun alumni DKV dari lembaga tersebut yang dapat diakses secara global melalui jaringan internet dengan potensi jangkauan yang lebih luas. Selain sebagai media untuk mendokumentasikan karya-karya mahasiswa, portal portofolio merupakan media yang potensial untuk menumbuhkan kemampuan mengapresiasi karya, dimana mahasiswa secara terbuka dapat memberi pendapat berupa kritik dan saran terhadap karya yang ditampilkan dalam portal. Seiring dengan hal tersebut, mahasiswa juga dapat belajar untuk menerima kritik dan masukan dari pihak lain dan menyikapinya secara bijak sebagai sebuah bentuk proses pembelajaran kreatif. Kreatifitas lahir dari keberanian berpikir dengan cara berbeda dan kesediaan untuk berbagi gagasan dengan orang lain.
Mempublikasikan karya secara luas melalui portal portofolio secara tidak langsung juga menumbuhkan rasa tanggung jawab mahasiswa terhadap karya yang dihasilkannya. Hal ini dapat melatih mahasiswa untuk menjaga orisinalitas karya dan menghindarkan mereka dari plagiarisme. Tanggung jawab untuk menjaga orisinalitas karya distimulus oleh pengamatan dan penilaian publik terhadap karya yang dihasilkan. Dengan demikian mahasiswa senantiasa terpacu untuk menghasilkan karya-karya yang murni merupakan hasil pengembangan ide mereka sendiri, karena jika terbukti melakukan plagiasi terhadap karya orang lain maka konsekuensi jangka panjang yang harus ditanggung mahasiswa tidak ringan. Ketika mahasiswa menyadari hal tersebut, maka secara kompetitif mahasiswa akan selalu berusaha menghasilkan karya yang bagus secara konseptual dan juga matang dalam tataran visualisasi dan eksekusi.
Kegunaan lain dari situs portofolio adalah memberikan industri kemudahan akses untuk mengetahui tingkat kesiapan mahasiswa ketika menghadapi dunia kerja. Industri dapat terlibat langsung secara aktif memberikan masukan dan kritik terhadap karya-karya yang ditampilkan dalam sebuah situs portofolio, dan kemungkinan industri untuk memberikan pekerjaan kepada calon desainer yang memiliki karya berkualitas menjadi terbuka lebih luas. Dengan kata lain sebuah situs portal portofolio dapat menjadi salah satu alternatif dalam menjembatani antara pihak industri dengan institusi pendidikan. Sebagai salah satu contoh situs portofolio DKV yang dikembangkan oleh program studi DKV Universitas Negeri Semarang adalah situs DKVHolic (www.dkvholic.com). Dengan mengadopsi sistem portal portofolio, situs DKVholic memiliki beberapa fitur diantaranya:
- Situs ini memfasilitasi mahasiswanya untuk menampilkan karya yang telah dibuat dalam berbagai kategori (grafis, fotografi, advertising, animasi, dan sebagainya).
- Memfasilitasi pemberian kritik dan saran dari berbagai pihak (antar mahasiswa, tenaga pengajar maupun industri).
- Memfasilitasi pelacakan karya dimana pengguna dengan mudah melihat karya-karya mahasiswa baik ketika masih berstatus sebagai mahasiswa maupun ketika sudah berstatus sebagai alumni. Dengan sistem ini karya-karya yang dibuat oleh mahasiswa dapat terdokumentasikan dengan baik.
- Situs ini dapat dipergunakan tenaga pengajar dalam memberikan tugas, sekaligus sebagai media penilaian tugas, tanpa harus dikumpulkan dalam bentuk fisik.
- DKVholic juga memfasilitasi metode penulisan blog yang dapat digunakan untuk menampilkan tulisan-tulisan yang terkait dengan desain, materi-materi perkuliahan dan informasi yang terkait dengan dunia DKV (peluang kerja, informasi tentang lomba dan sebagainya).
Format apa saja untuk membuat portofolio?
ReplyDeleteJika mengacu pada jenisnya, kita dapat membaginya menjadi dua yaitu format cetak dan format elektronik. Format cetak dapat berupa buku atau lembaran yang dikumpulkan dengan memanfaatkan teknik digital printing. Sedang dalam format elektronik, kita dapat membagi jenisnya menjadi dua yaitu versi online atau versi offline. Versi online berarti kita memanfaatkan internet untuk mempublikasikan dan mendokumentasikan karya kita, sebagai contoh dengan menggunakan situs portofolio yang ditawarkan secara gratis seperti deviantart, atau memanfaatkan media sosial yang kita miliki seperti Instagram atau Facebook atau Path atau tumblr untuk mempublikasikan karya yang kita buat. Sedangkan dalam format offline, kita dapat mengkompilasi portofolio dalam bentuk slide yang dapat kita distribusikan melalui format soft file atau CD/DVD
ReplyDelete